Selasa, 09 Juli 2019

Sajak Sedap Malam

Tak selamanya sepi menidurkan harapan, dikala itu matahari berhenti membuat gersang. Aku tak tau disana ada bunga membuka kelopak nya sembunyui2. Mekar diam2, semerbak mewangi sendiri, tak banyak orang tau tentang wanginya. Kemudin sepi dan tekanan udara menekan mekarnya perlahan2. Konon katanya dia bisa menyembuhkan luka mendalam, atau hanya sekedar tempat singgah kumbang malam tak tau diri. Ada sebagian menyebutnya bunga mawar hitam. Mereka tak tau sebenarnya bunga itu bisa lebih semerbak daripada bunga ditaman indah, yng mekarnya wajar, yang mendapatkan lamaran kumbang resmi, bukan yang hanya sekedar datang dan pergi. Kemudin aku terhenyak mendengar cerita orang, dan kemudian menelusuri wanginya. Aku tegaskan pada semua kumbang, dia bukan Bunga mawar hitam, dia bukan mawar penghibur, dia mekar mandiri, dia wangi paling wangi, dia tumbuh dengan teknan cuaca dan iklim biadab. Terkadang tuhan merangkai cerita tak selamanya sepeeti normal, seperti cerita biasa yang basa basi dan pencitraan. Aku mungkin belum tau asal usul mu, mawarkah kamu, atau mungkin emas yang hisa tumbuh di kegelapan. Hanya satu terbersit di hati, hanya bayangan yang menghantui, seandainya aku bisa mengambilmu, untuk aku simpan di halaman terindahku. Tuhan!! Selamatkan dia dari arus yang membuat dia kecewa. tuhan! Siram dia dengan kebahagiaan. Tuhan! Aku titip pada doa tak seberapa ini, jaga dia disetiap hela nafasnya. Seandainya dia layu, dan dibuang karena sudah tidak wangi lagi, panggil aku tuhan, untuk kesempatan merawatnya, membuat hidup kembali dengan cerita baru, dengan cinta Tuhan.

Selasa, 22 Oktober 2013

Ba’itan yang mengurai sejarah dan langkah pemula. “Di kaki Gunung Wayang”


M.Nasirudin. “yang di cutat dari cerita sang Rudi dari kaki gunung Wayang” 17/03/13

 

Sesungguhnya sahutan merayu pernah berkata:

 “tuhan apakah kau ciptakan perempuan ‘bager’ ini untuk anjing jalang-ku, bukan hal yang sulit bagi-Mu menyatukan mereka. Tuhan, anjing jalangku butuh peempuan ‘bageur’ dari bawah kaki gunung wayang.

Dengan menegadah rautan mata hati yang senantiasa mengharapkan syratan yang lainnya.

Kemudian kembali meyakinkan sepeti ini:

“betapa indah ini anjing jalangku?? ,kau bangkit sebelum banyak hal yang hilang dari hidupmu. Bahkan sebelum langit melukis mayapada dan pelangi hilang warnanya.”

Tatkala senandung semangat melayu, karna haluan lain yang menuntunku.. kemudian kembali merayu-rayu:

“kini kau tak lagi jalang, bukan lagi betahan dengan nafsu dunia. Kini kau sedang meretas satu tingkatan kehidupan dengan fase dan terpaan hidup yang lebih berat. Teruslah jangan menyerah untuk jadi tak jalang”

Memang sisi jalangku sedikit mengikis kebawahan, teruai oleh dinginnya ayuan asma yang bermuara dalam hati yang terdalam. Kemudian sang semar meneruskan rayu-rayu yang meninggalkan catatan penuh pertimbangan:

“mimpi itu meski di proses. Proses yang akan menghantarkan anjing jalang sepertimu pada dewasa akan kehidupan. Anjing jalangku, istiqomah,jadilah pejuang yang mewujudkan mimpi. Dan tingkatkan terus straktamu yang menghantar jalan siatall mustaqim”.

Seperti itulah mungkin gambaran wejang yang bernyanyi-nyanyi diantara sadaraku. Gemulai kerendahan, dan kemudian trakta kata bermula pada awal cerita. Seperti ini:

“cinta punya alasan banyak, kenapa harus bertahan. Dan anjing seperti ini sebagai exsekutor’ punya hak untuk melakukan exsekusi”

Kemudian sempat hadir rasa mengalah di hati. Dan kemudian berlanjut mengayomi:

“jangan di jadikan beban. Biarkan yang maha dari yang maha menunjukan jalannyan dengan usaha yang anjing seperti ini lakukan”

Kemudian memberikan rangsangan yang seperti kidung-kidung senja:

“jangan lelah untuk bernyanyi agar pelangi yang kau kejar selalu tersenyum dengan warna yang sempurna’’’’.. ia jiwa yang baik. Yang ingin di bingbing oleh anjing sepertiku??”

Sempat menahan nafas dengan keraguan. Tapi selanjutnya:

“aku percaya kamu mampu berubah tak lagi anjing, agar bisa membingbing agar warnanya tak lekang”

Kemudian ada baitan sepeti ini yang menengadahkan tangannya:

“tuhan tak salahkah aku dengan do’aku. Ketika pelangi kemarin, senyuman membuat hatiku terpaut pertemukan kami atas ijin-Mu rabbi..ku ingin menyempurnakan warna pelangi”

Seperti ini pada saat aku tertelungkup sunyi dan kegundahan antara membuka rahasiah kaki gunung Wayang.

Merambah imagi


M.Nasirudin

 

Sayup-sayup terdengar sendu

Di ujung tiang halaman kosan

Menerjemahkan angin yang datang begitu membosankan

Sepi menagih rasa hangat dengan gambaran-gambaran dan ingatan.

Sumpah aku tak bias menahan dingin hari-hari ini

Selalu aku mencari selimut hati dengan mencatatkan wajahmu di naluriku

Seperti pohon belimbing di sudut jalan sana

Berbuah makin menguning dan membesar

Laju senja dan terbenam matahari menggugurkan daun-daunnya

Aku berhadapan dengan momok sendu

Yang belaga menjebaku dalam rindu-rindu

Dan selalu mencerminkan angan-angan terhebatku

Kapan kau datang widuri?

Seperti apa rupa rindumu?

Aku menanti senja untuk kita berdua

Meminjam layung sore untuk bercerita tentang rinduku

Seperti inilah kisahku ketika kehilangan tulang rusuku..

Bandung,09,28,2013

Manuskrip Rindu


M.Nasirudin

 

Pagi ini aura dingin mengurai dari mata angin

Manuskrip dingin dan menyendiri

Baru kemarin layu sore meninggalkan layung

iringan lembut sendayu menerjemahkan sensi rindu

Matahari belum saja muncul menghangatkan dingin ihati

Hanya terlihat nyanyian-nyanyian menyindir burung kutilang

Paruh mereka seperti menanyakan kabar padaku

Kemudian melalui deskripsi dan narasi aku ceritakan apa kabarku

Mereka menyanyikan lagu rinduku

Datang lagi segerombolan merpati

Memungut biji yang aku taburkan dengan sepi

“sayang jangan terlalu lama mendeskripsikan rinduku”

“Sayang jangan terlalu lama menahan sendu di hati ini”

“Pagi ini aku cerita pada burung-burung di depan hati”

“Aku sedang menunggu sore untuk aku gambarkan wajahmu”

Auramu disini makin mengeras dan kaku

Sendu ini terlalu dini

“sayang cepatlah datang”

Irigan pelangi menunggu kita untuk brdansa bersama.

 

Bandung 09/28/2013

 

Narasi melati


M.Nasirudin

Bandung  07/25/2013

 malam tadi iringan lembut dalam hujan terus mengiringi

Dalam nafas terlantunkan cerita ini untukmu

Melangkah dan memulai bayangan baru

Sesekali mengintip dari balik jendela hati

Mengayunkan langkah yang sedikit kusut.

Hari ini aku merindu di antara jejak-jejak kaki pagi tadi

Gelisah kembali mengintai sembari menerkam cemas-cemas

Auramu mengurung sukma

Untaian rayu menahan gelisah kembali

Menangkap setia terka’an tentang ceita

Sejak sa’at ini aku mengagumi sa’at berdampingan diantara merayu

Tidak usahkan merayu untuk diriku

Sesuatu melampaui kegundahan ini

Udara selalu menerangkan aura semu, namun menerangkan kehangatan tentang mentarimu

Sejuk,menyenangkan kalbu, menurunkan gelisah-gelisah masa lalu, merambah setip detail tentangmu.

Sesa’at sesudah gugur (melatipun berguguran ketanah) M.Nasirudin


Tak terbayangkan sedikitpun akan hari sgersang hari ini..

Sinar mentari yang turun menghujam kedalam kalbu

Suasana yang mengungkapkan kekecewaan yang iri

Sesudah subuhpun tetap saja gersang seperti hari ini

Mecaci waktu,

Meghina setiap nafas yang aku tarik sendiri

Betapa hebatnya getaran asmara yang menumpuk hingga dasar nafas paling dalam

Menguji setiap kesabaran yang kalah dalam peperangan

Terhimpun berjuta penyesalan

Yang menahan setiap nafas yang tertatih-tatih dan hilang kemudian tenggelam

Sampai ucapan yang terakhir ku teriakan dalam kisah kisah silam

Tenggelam mematikan

Tersimpuh bagai sejenis setan

Keparat tentang jiwa-jiwa sepertiku

Memicu kekelaman yang mencengangkan imagi

Luluh lantak di dalam hati

Kemudian cerita sendu selalu menghampiri

Menceritakan rekap ulang keanjingan

Seperti sajak-sajak dan puisi-puisiku yang tersisa

Setiap indah tertuang dalam rayuan

Setiap pahit terlemparkan dengan catatan memalukan

Siapa yang bisaa?

Tuhan sajalah yang akan tau dan bisa

Selalu saja jawaban seperti ini menerawang kekecewan ataupun penyesalan

Anjing! Merpati! Lembah indah! Pohon rindang! Kesejukan pagi!

Seperti itulah judul-judul sajak-sajak dan puisi-puisiku

Membisu hanya sekedar sodakoh terhadap pnyesalan

Sial sekali sepertiku

Meminta dan memohon kemudian aku kacaukan

Bertobat dan kemudian kembali kejalan sesat

Menelungkup meyudutkan diri

Dan seterusnya kembali bangkit dan menyerukan keanjingjalanganku kambali

Terseru sesat

Kemudian memohon pengampunan yang di pinta jiwa hina seperti binatang

Ta’at

Kembali berbelot dengan silaunya gelembung dunia

Istighfar

Kemudian menengadah meminta kebatilan

Munajat

Hanya tersusun dengan jiwa dan nafsu seperti kaum lut

Berbaur menerawang jiwa-jiwa yang normal

Menerobos kalut setiap wajah

Menemukan secara paksa cerita yang aku harapakan

Meludah

Membenci setiap diri

Menengadah kebinatangan

Menyimpan getir jiwa

Bermimpi sembilu

Menguraikan kehina’an

Meneruskan sesat-sesat jiwa yang tak tau diri

Dan di titik jenuh seorang manusia,

Aku mencoba mencatat dan mengambil hanya sebiji sawi yang tersisa

Dan aku tanamkan dalam jiwa yang gersang

Dengan harapan dapat tumbuh dan memberikan cerita-cerita baru

 

Sukabumi,cijambe 14/10/2013

Jumat, 15 Maret 2013

episode merpati putih

meyakiinkan angin

pada 11 Juni 2012 pukul 21:46
bintang yang beriringan,
gemulai cahaya lembut bulan.
yang menemani untuk menunggu waktu-waktu menunggu merpati.
iringan embun berjatuhan mencurahkan cerita tentang hati.
nyanyian sendu rembulan menjadi tempat curhatan di kala rindu.
dan mimpi-mimpi tentang mu akan selalu menelusuri ruang kalbu.
(cerita tentang mrpati putih)

berbisik-bisik sembilu bertalu

pada 16 April 2012 pukul 0:47
sembilu bertalu merayu
bingkaian aura malam
menghujam canda-canda merona
melayangkan sekedar penat pada bintang yang tinggal sebelah cahaya
menurunkan imaji ke titik terendah atau sebaliknya
berusaha terus menceritakan lukisan rembulan
keheningan malam akan keraguan penantian ini
tapi tetesan keyakinan menumpu harapan
untuk malam berbisik pilu
di sini akan selalu terpacu cerita-cerita
tentang wajahmu merpati
(cerita tentang merpati putih)

butiran embun

pada 9 April 2012 pukul 22:21
 
hangat mentari membuai lelah hati
rentan antara rasa dan imaji
mengurai setiap riuh dan gemuruh imaji
kadang bayangan tentangmu membelah samudera
desiran ombak menerjang separuh helaan nafas di dasar sepi
menabur cerita yang takan menjadi sejarah
di sudut binaran cahaya malam dan terang
aku tanamkan cerita keyakinan tentang bunga
meniduri keputusasaan
membelah impian yang menjadi lelucon bayangan
disisni aku berdiri,dengan keyakinan
(cerita tentang merpati putih)

9 April 2012 (M.Nasirudin)

aku tak bisa menahan bintang, yang cahayanya terlalu tinggi
(cerita tentang merpati putiih)

9 April 2012 (M.Nasirudin)

angin malam begitu pilu menghantam beribu asa yang tersusun rapih di antara lubuk hati dan nestapa
sedikit rasa hangat yang ada diantara malam hening ini
sisipkan sedikit widuri yang tyerindah di samping mimpimu untuk malam ini
katakan terindah walau malam ini tak ada bintang dan cahaya rembulan
(cerita tentang merpati putih)

berlari di antara mimpi

pada 9 April 2012 pukul 22:06
 
jalan yang lebar menampakan bunga-bunga mekar
menceritakan kisah-kisah embun
mengulang setiap tikungan dan menelusuri kerikiltajam mengurai tanjakan-tanjakan
aroma mentari membasuh cerita-cerita mengurai terik
menumpahkan gelisah
menaikan imaji
membungkam, menampakan keteguhan
....ma'ap harapan ini tembus ke langit ke tujuh
mungkin hanya imaji terindah tentang kamu
mebawa mimpi-mimpi indah dengan warna-warnamu
sebagai cerita di awal pagi
seutas tali dengan aura trauma
terkadang hati tidak mampu menahan diri
bukan aku tak tau diri
di sisi sepi hanya senilai aku tyak tau diri
di sisi sepi aku bukan dia...
mereka,langit,mentari dan pelangi,,
dan bukan bitang kecil seperti aku
 (cerita tentang merpati putih)

 (M.Nasirudin)
9 April 2012
malam hening di antara tidur panjang
imajimu ku titipkan pada mnalaaikat penjaga mimpi
telah ku tmbah karangan bunga-bunga indah
untukmimpi-mimpi widuri
diantara imaji tak nyata telah tertulis cerita-cerita indah
dan suara indah kidung-kidung malam, yang menceritakan semua tentang gemerlap imaji
 (cerita tentang merpati putih)

mengurai misteri demi jati diri

Mpada 9 April 2012 pukul 21:53
demi jati diri ,membuay widuri ,kesaksian sekenario-sekenario klimaks
di bawah bintang yang bersaut rindu dan terang akan keinginan
wajah langit yang berubah ubah seperti angin senja
dan wajah pagi itu kelihatannya tak dapat  di tebak
papasan sore pun memberikan pertanyaan
siang berwajah malam
dan kebalikan..
aku terpaku diantara kedua sudutyang suram
bertanya tentang sebuah arti,dan bertanya
di bawah langit aku akan slalu mencari
bertanya-tanya tentang sebuah arti
di wajah bumi aku terus susun mimpi
demi jati diri dan tujuan